QISAE – Menulis naskah fiksi adalah sebuah perjalanan emosional, tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi pembaca yang mengikuti kisahnya. Namun, sering kali naskah yang sudah selesai ditulis belum sepenuhnya siap untuk diterbitkan atau dibagikan. Di sinilah proses editing memainkan peran penting—untuk menyempurnakan naskah agar lebih kuat secara emosional, terstruktur dengan baik, dan tentunya lebih mengena di hati pembaca. Editing naskah fiksi bukan sekadar membetulkan tipo. Ia adalah proses menyisir makna, memperhalus dialog, menata alur, dan menyempurnakan karakter agar pembaca benar-benar bisa merasa terhubung dengan cerita.
5 Tips Editing Naskah Fiksi
1. Fokus pada Konsistensi Karakter
Salah satu hal yang membuat pembaca jatuh cinta pada cerita fiksi adalah karakter yang terasa nyata dan konsisten. Saat melakukan editing, periksa kembali apakah karakter utama memiliki kepribadian yang stabil dari awal hingga akhir cerita.
Cek hal-hal berikut:
- Apakah tokoh utama bertindak sesuai dengan motivasinya?
- Apakah gaya bicara tokoh tetap sama?
- Apakah perubahan karakter (jika ada) terlihat logis dan bertahap?
Contoh kesalahan:
Seorang tokoh yang di awal digambarkan pemalu, tiba-tiba menjadi agresif tanpa penjelasan. Ini bisa mengganggu pengalaman membaca dan membuat cerita terasa tidak alami.
2. Perhalus Dialog agar Terasa Natural
Dialog adalah jantung dari cerita fiksi. Melalui dialog, pembaca bisa mengetahui kepribadian tokoh dan memahami konflik yang terjadi. Sayangnya, banyak penulis pemula yang menulis dialog terlalu kaku, terlalu menjelaskan, atau justru tidak sesuai dengan gaya bicara karakter.
Tips editing dialog:
- Baca ulang dialog dengan lantang. Apakah terdengar seperti percakapan sungguhan?
- Hindari “info dump” melalui dialog (penjelasan panjang yang tidak alami).
- Tambahkan jeda, diam, atau interjeksi agar terasa realistis.
- Gunakan subteks—jangan semua harus diucapkan secara langsung.
Contoh revisi:
Kalimat awal:
“Saya sangat marah karena kamu mencuri buku saya.”
Kalimat hasil editing:
“Kamu pikir aku nggak tahu siapa yang ambil bukuku?”
Versi kedua lebih emosional dan terasa alami.
3. Pangkas Bagian yang Redundan
Sering kali, penulis ingin menyampaikan semua detil yang ada di kepala. Tapi tidak semua hal harus dimasukkan ke dalam cerita. Editing membantu kamu memilah mana bagian yang memperkuat cerita, dan mana yang justru memperlambat alur.
Perhatikan saat editing:
- Apakah ada adegan yang bisa dipadatkan?
- Apakah narasi terlalu bertele-tele?
- Apakah deskripsi tempat atau perasaan diulang-ulang?
Prinsip penting:
“Kill your darlings”—hapus bagian yang kamu suka tapi tidak menambah nilai pada cerita.
Dengan memangkas bagian-bagian yang tidak perlu, naskah akan terasa lebih padat, tajam, dan menyentuh langsung ke inti cerita.
Baca Juga: 7 Teknik Editing Naskah Buku untuk Penulis Pemula
4. Perhatikan Ritme dan Alur Emosional
Setiap cerita punya ritme—naik turun emosi, ketegangan, dan kejutan. Saat mengedit, kamu harus memastikan bahwa ritme cerita tidak monoton dan mampu membawa pembaca ikut merasakan gejolak emosi tokoh.
Pertanyaan saat editing:
- Apakah ada bagian yang terlalu datar atau terlalu panjang?
- Apakah konflik memuncak di tempat yang tepat?
- Apakah resolusi emosional terasa memuaskan?
Mengedit ritme cerita bisa dilakukan dengan memperpendek atau memperpanjang adegan tertentu, menyisipkan jeda naratif, atau menyusun ulang urutan adegan.
5. Gunakan Sudut Pandang dengan Konsisten dan Efektif
Sudut pandang (point of view) yang digunakan dalam cerita akan mempengaruhi cara pembaca memahami dunia cerita dan keterlibatan emosional mereka. Editing penting dilakukan untuk memastikan sudut pandang tetap konsisten dan tidak membingungkan.
Contoh inkonsistensi POV:
Bab 1: Ditulis dari sudut pandang orang pertama (aku).
Bab 2: Tiba-tiba berubah ke orang ketiga tanpa transisi.
Selain konsistensi, editing juga bisa membantu kamu memperkuat efek emosional POV.
Misalnya, dalam sudut pandang orang pertama, kamu bisa menggali pikiran dan perasaan karakter lebih dalam untuk meningkatkan kedekatan emosional dengan pembaca.
Editing dengan Jarak Emosional
Setelah selesai menulis, beri jeda beberapa hari sebelum mulai mengedit. Ini akan memberi kamu jarak emosional yang dibutuhkan untuk melihat naskah secara lebih objektif.
Setelah jeda, kamu bisa:
- Membaca sebagai pembaca, bukan sebagai penulis
- Lebih mudah menemukan bagian yang kurang efektif
- Tidak terlalu terikat secara emosional dengan setiap kalimat
Ingin Belajar Menulis dan Mengedit Naskah dengan Teknik Profesional? Gabung di QiSae Studio!
Menulis cerita yang bagus bukan hanya soal ide, tapi juga tentang bagaimana kamu mengeksekusi dan mengedit naskah dengan rapi dan menyentuh hati. Jika kamu ingin mengasah kemampuan menulis fiksi dan artikel SEO sekaligus, QiSae Studio menyediakan bimbingan menulis yang tepat untuk kamu.
Kenapa Belajar di QiSae Studio?
- Kelas menulis artikel SEO dengan pendekatan kreatif
- Materi editing naskah yang relevan untuk penulis fiksi dan nonfiksi
- Dapat bimbingan membuat tulisan menyentuh hati dan optimal di mesin pencari
- Mentor berpengalaman di bidang penulisan kreatif dan digital marketing
- Komunitas aktif untuk belajar bareng dan saling menginspirasi
- Cocok untuk santri, pelajar, blogger, dan penulis pemula
Di QiSae Studio, kamu tidak hanya belajar menulis, tapi juga belajar menyampaikan isi hatimu lewat kata-kata yang bermakna dan bermutu.
Yuk, gabung sekarang di QiSae Studio dan jadikan naskahmu lebih kuat, menyentuh, dan layak dibaca banyak orang!
Editor: Erna QiSae


