QISAE – Menulis naskah non-fiksi membutuhkan ketelitian dalam menyampaikan fakta dan kejelasan dalam menyusun argumen. Namun, proses menulis belum selesai begitu naskah pertama rampung. Justru di tahap editing naskah non-fiksi kualitas tulisan benar-benar diuji. Editing bukan hanya soal membetulkan ejaan atau tata bahasa, tapi juga menyusun ulang ide agar tersampaikan dengan lugas dan logis.
Agar pesan dalam tulisan non-fiksi benar-benar sampai ke pembaca, penulis harus memastikan alur berpikirnya runut, bukti-bukti pendukungnya relevan, serta argumennya kuat dan mudah dipahami.
Artikel ini akan membahas cara efektif editing naskah non-fiksi dan memberikan tips menyusun argumen yang solid serta meyakinkan.
Tips Menyusun Argumen dalam Naskah Nonfiksi
1. Baca Naskah dengan Sudut Pandang Pembaca
Langkah pertama saat editing naskah non-fiksi adalah menjauhkan diri sejenak dari posisi penulis dan membaca naskah sebagai orang luar. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah tulisan ini mudah dipahami oleh orang yang belum tahu topiknya?” Jika banyak istilah teknis tanpa penjelasan atau paragraf yang terlalu panjang, saatnya menyederhanakan.
Dengan memakai perspektif pembaca, kamu bisa mengenali bagian-bagian yang membingungkan atau melelahkan untuk diikuti. Tujuan utama tulisan non-fiksi adalah menyampaikan informasi dan gagasan secara jelas. Jangan biarkan ego penulis membuat pesan inti terpendam di balik kalimat yang rumit.
2. Periksa Kekuatan Gagasan Utama
Sebuah tulisan non-fiksi yang baik harus punya satu gagasan utama yang menjadi benang merah dari awal hingga akhir. Saat mengedit, pastikan setiap paragraf mendukung gagasan ini. Jika ada bagian yang menyimpang atau terlalu jauh dari topik, lebih baik dihapus atau dipindahkan ke tulisan lain.
Konsistensi tema akan membuat pembaca merasa diarahkan dengan jelas, bukan dibawa berputar-putar tanpa tujuan. Gunakan kalimat pembuka dan penutup yang kuat untuk menegaskan kembali gagasan utama, agar pembaca tidak kehilangan arah selama membaca.
3. Perhalus Struktur Paragraf dan Transisi
Struktur paragraf dalam tulisan non-fiksi harus rapi dan mendukung kelogisan argumen. Idealnya, satu paragraf berisi satu ide utama yang dikembangkan dengan bukti atau penjelasan. Saat editing, rapikan paragraf yang terlalu panjang atau mengandung banyak ide sekaligus.
Selain itu, perhatikan transisi antar paragraf. Gunakan kata hubung atau kalimat transisi yang mengarahkan pembaca dari satu ide ke ide berikutnya secara mulus. Tulisan non-fiksi yang baik harus terasa seperti percakapan logis yang mengalir, bukan seperti daftar ide acak.
4. Uji Kejelasan Argumen
Setiap argumen dalam tulisan non-fiksi harus jelas, terstruktur, dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat mengedit, periksa apakah setiap klaim sudah disertai bukti yang memadai. Jangan hanya beropini tanpa dasar—pembaca non-fiksi menginginkan informasi yang bisa dipercaya.
Jika kamu menyampaikan pendapat, pastikan kamu juga menjelaskan alasan di baliknya. Gunakan data, kutipan, atau contoh nyata untuk menguatkan argumenmu. Ini akan membuat tulisan terasa kredibel dan meyakinkan, bukan sekadar opini pribadi yang lemah.
Baca Juga: Perbedaan Editing Naskah Buku Fiksi dan Non-Fiksi yang Perlu Diketahui
5. Singkirkan Kalimat Bertele-Tele
Kalimat yang panjang dan rumit justru bisa mengaburkan maksud tulisan. Saat mengedit, cari kalimat yang terlalu panjang atau penuh pengulangan, lalu sederhanakan tanpa mengurangi makna. Gunakan kata-kata konkret dan langsung pada inti.
Tulisan non-fiksi yang efektif adalah tulisan yang hemat kata tapi tetap kaya makna. Hindari gaya bahasa yang terlalu sastrawi atau puitis jika tidak relevan, karena bisa mengganggu fokus pembaca terhadap isi utama tulisan.
6. Perhatikan Nada dan Gaya Penulisan
Gaya penulisan dalam non-fiksi harus disesuaikan dengan audiens dan tujuan tulisan. Apakah kamu menulis untuk akademik, media massa, blog, atau laporan organisasi? Saat editing, pastikan gaya bahasa sudah sesuai: apakah cukup formal, informatif, atau santai?
Nada yang konsisten akan membantu pembaca merasa nyaman dan memahami posisi penulis terhadap topik. Hindari nada yang terkesan menggurui, menyalahkan, atau terlalu subjektif jika tujuannya adalah memberi informasi secara netral dan objektif.
7. Cek Konsistensi Istilah dan Format
Dalam naskah non-fiksi, penggunaan istilah dan format harus konsisten dari awal hingga akhir. Misalnya, jika di awal kamu menuliskan “UKM” sebagai singkatan dari “Usaha Kecil dan Menengah”, maka seterusnya gunakan singkatan yang sama, bukan berganti-ganti menjadi “UMKM” tanpa penjelasan.
Selain itu, pastikan format penulisan angka, kutipan, sumber, dan heading seragam. Konsistensi seperti ini membuat tulisan terlihat profesional dan memudahkan pembaca dalam memahami isi naskah.
8. Saring Opini Pribadi yang Tidak Perlu
Dalam tulisan non-fiksi, opini pribadi boleh saja disampaikan, tapi harus relevan dan mendukung argumen utama. Saat mengedit, periksa apakah opini-opinimu mengandung nilai subjektif berlebihan yang bisa mengurangi objektivitas tulisan.
Jika menulis untuk audiens luas atau platform profesional, terlalu banyak pendapat pribadi bisa membuat tulisan terasa bias. Pertimbangkan untuk membatasi opini atau menyajikannya dalam bentuk analisis yang didukung data agar tetap kredibel.
9. Gunakan Kutipan Secara Efektif
Kutipan dari pakar, buku, atau artikel lain bisa memperkuat tulisan non-fiksi. Namun, penggunaannya harus tepat. Saat editing, pastikan kutipan tidak terlalu panjang, tidak keluar konteks, dan sumbernya bisa dipertanggungjawabkan.
Alih-alih memenuhi naskah dengan kutipan panjang, lebih baik gunakan kutipan singkat yang langsung mendukung poin penting. Lalu beri penjelasan atau analisis atas kutipan tersebut. Ini akan menunjukkan bahwa kamu tidak hanya mengandalkan kutipan, tapi juga memahami maknanya.
10. Minta Umpan Balik dari Pembaca Awal
Sebelum naskah non-fiksi diterbitkan atau diajukan ke media, mintalah satu atau dua orang untuk membacanya dan memberi masukan. Pilih pembaca yang sesuai dengan target audiensmu, agar kamu mendapat insight yang relevan tentang kejelasan dan kekuatan argumen.
Kadang, sudut pandang orang lain bisa membantu kita menyadari hal-hal yang terlewat saat self-editing. Manfaatkan umpan balik untuk menyempurnakan naskah, terutama di bagian-bagian yang mereka rasa kurang jelas atau kurang meyakinkan.
Ingin Belajar Menyusun Tulisan Non-Fiksi Secara Profesional?
Menulis non-fiksi bukan cuma soal menuangkan pikiran, tapi juga menyusun argumen dengan terstruktur dan menyampaikannya dengan gaya yang tepat. Kalau kamu ingin mengasah kemampuan menulis non-fiksi secara lebih mendalam dan terarah, kamu bisa bergabung dalam program bimbingan menulis non-fiksi di QiSae Studio.
Di QiSae Studio, kamu akan belajar langsung dari mentor berpengalaman mengenai cara mengembangkan ide, membangun alur logis, memperkuat argumen, dan menyunting tulisan hingga siap dipublikasikan. Cocok untuk kamu yang ingin menulis artikel, buku non-fiksi, opini media, atau konten edukatif dengan kualitas profesional.
Hubungi Admin QiSae Studio sekarang untuk mendapat informasi lebih lanjut.
Editor: Erna QiSae


