Self Editing

Langkah-langkah Self Editing Naskah Fiksi dan Non-Fiksi untuk Penulis

QISAE – Self editing adalah salah satu keterampilan penting yang perlu dimiliki oleh setiap penulis, baik yang menulis fiksi maupun non-fiksi. Proses ini membantu menyempurnakan naskah sebelum diberikan ke editor profesional atau dikirimkan ke penerbit. Dengan self editing yang cermat, penulis bisa meningkatkan kualitas tulisan secara signifikan dan memastikan pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan jelas dan menarik.

Perbedaan mendasar antara naskah fiksi dan non-fiksi membuat proses editing untuk keduanya memiliki pendekatan tersendiri.

Namun, ada beberapa langkah umum yang bisa diterapkan pada kedua jenis naskah untuk memperkuat struktur, memperbaiki gaya bahasa, dan menyempurnakan isi. Berikut adalah langkah-langkah self editing yang dapat membantu penulis dalam menyusun karya terbaiknya.

Langkah-langkah Self Editing Naskah

1. Istirahatkan Naskah Sebelum Diedit

Setelah menyelesaikan draf pertama, sebaiknya jangan langsung melakukan editing. Beri jeda beberapa hari untuk “menjauh” dari naskah agar kamu bisa melihatnya dengan perspektif yang lebih segar. Ini penting agar kamu bisa lebih objektif dan kritis terhadap tulisanmu sendiri.

Selama masa jeda, pikiranmu akan “melupakan” detail-detail kecil, sehingga saat kamu kembali membaca naskah, kamu lebih mudah menemukan kesalahan logika, kalimat yang janggal, atau bagian yang perlu dipersingkat. Baik untuk naskah fiksi maupun non-fiksi, langkah ini membantu menghasilkan editan yang lebih efektif.

2. Periksa Struktur Utama Tulisan

Untuk naskah fiksi, periksa struktur cerita: apakah memiliki awalan yang kuat, konflik yang berkembang, klimaks yang memuaskan, dan penutup yang logis. Sementara itu, dalam tulisan non-fiksi, periksa kerangka argumen dan susunan bab atau subjudul—apakah alurnya masuk akal dan mudah diikuti pembaca.

Pastikan setiap bagian naskah berkontribusi pada keseluruhan pesan atau cerita. Jika ada bab atau adegan yang terasa tidak relevan atau menghambat alur, pertimbangkan untuk menghapus atau menyusunnya ulang. Struktur yang baik membuat naskah lebih enak dibaca dan lebih mudah dipahami.

3. Fokus pada Konsistensi Gaya dan Suara

Setiap tulisan memiliki gaya dan suara unik. Dalam naskah fiksi, gaya ini biasanya muncul lewat narasi, dialog, dan deskripsi. Dalam non-fiksi, suara penulis muncul lewat pilihan kata, sudut pandang, dan cara menyampaikan informasi. Saat mengedit, pastikan gaya dan suara tulisan konsisten dari awal hingga akhir.

Hindari perubahan gaya yang tiba-tiba, seperti dari formal menjadi santai, atau dari narasi orang ketiga ke orang pertama tanpa alasan jelas. Konsistensi ini menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan dan profesional, baik dalam genre cerita maupun artikel informatif.

4. Perbaiki Kalimat yang Redundan dan Bertele-tele

Salah satu kesalahan umum dalam menulis adalah penggunaan kalimat yang terlalu panjang, bertele-tele, atau mengulang ide yang sama. Dalam proses editing, cari kalimat seperti ini dan ringkaslah tanpa mengurangi makna. Pilih kata yang tepat dan efisien.

Dalam fiksi, kalimat yang efektif membantu mempertahankan irama narasi dan ketegangan. Dalam non-fiksi, kalimat yang padat memudahkan pembaca menangkap informasi penting dengan cepat. Kejelasan adalah kunci dalam kedua jenis naskah.

5. Tinjau Kekuatan Karakter dan Argumen

Jika kamu menulis fiksi, pastikan karakter-karaktermu memiliki motivasi yang jelas, berkembang seiring cerita, dan tidak bertindak bertentangan tanpa alasan. Dalam tulisan non-fiksi, pastikan argumenmu kuat, disertai bukti atau contoh konkret, dan tersampaikan dengan runtut.

Periksa kembali bagaimana karakter menghadapi konflik dan apakah pembaca bisa memahami atau merasa terhubung dengan perjuangan mereka. Untuk non-fiksi, evaluasi apakah pendapat yang kamu sampaikan benar-benar didukung fakta dan tidak hanya berdasarkan opini pribadi.

Baca Juga: Panduan Lengkap untuk Editing Naskah Buku Non-Fiksi

6. Perhalus Transisi Antararagraf dan Antarbagian

Transisi yang baik membuat alur cerita atau argumen terasa alami. Dalam fiksi, transisi membantu pembaca berpindah dari satu adegan ke adegan lain tanpa merasa kehilangan arah. Dalam non-fiksi, transisi menjaga logika tulisan dan menghubungkan ide satu dengan lainnya.

Periksa apakah perpindahan antar bagian terasa lancar. Tambahkan kalimat penghubung jika perlu, atau sesuaikan urutan paragraf agar alurnya lebih logis. Pembaca akan lebih menikmati naskah jika mereka tidak harus “melompat” dari satu ide ke ide lain tanpa jembatan yang jelas.

7. Uji Kejelasan dan Ketepatan Informasi

Terutama dalam naskah non-fiksi, penting untuk memastikan bahwa setiap data, kutipan, atau informasi yang kamu sampaikan benar, akurat, dan relevan. Salah satu bagian penting dari self editing adalah melakukan verifikasi fakta dan memperjelas istilah-istilah teknis atau konsep sulit.

Untuk fiksi, informasi latar (world-building), setting, atau fakta budaya juga perlu dicek. Apakah kamu menyebut musim panas di Jepang saat Desember? Apakah referensi sejarah yang kamu gunakan sesuai? Detail-detail kecil seperti ini bisa merusak kepercayaan pembaca jika salah.

8. Periksa Tata Bahasa, Tanda Baca, dan Ejaan

Langkah klasik dalam editing tetap tak boleh dilupakan: koreksi bahasa. Meskipun kamu bukan editor profesional, setidaknya kamu bisa menangkap kesalahan ejaan, typo, tanda baca yang keliru, atau kalimat pasif yang bisa dibuat lebih aktif.

Gunakan alat bantu seperti Grammarly atau Microsoft Editor untuk membantu, tapi tetap baca dengan cermat karena alat ini tidak selalu benar. Bahasa yang rapi menunjukkan profesionalisme penulis dan memberikan pengalaman membaca yang lebih menyenangkan.

9. Baca Keras-Keras atau Gunakan Aplikasi Pembaca

Membaca naskah secara keras bisa membantumu menemukan kalimat yang aneh, terlalu panjang, atau tidak mengalir dengan baik. Ini sangat berguna untuk naskah fiksi yang mengandalkan ritme dan nuansa emosi. Untuk non-fiksi, metode ini membantu mengecek kejelasan dan keefisienan penyampaian.

Kamu juga bisa menggunakan aplikasi text-to-speech yang membacakan tulisanmu. Saat mendengarkan, kamu akan lebih mudah menyadari bagian-bagian yang terdengar tidak alami atau janggal secara logika. Ini adalah metode self editing yang praktis namun sangat efektif.

10. Minta Umpan Balik dari Pembaca Awal

Langkah terakhir dari self editing adalah meminta pendapat dari pembaca awal—bisa teman, mentor, atau sesama penulis. Pilih orang yang bisa memberikan kritik membangun dan memahami genre tulisanmu. Tanyakan bagian mana yang membingungkan, tidak menarik, atau perlu dikembangkan lebih jauh.

Umpan balik yang jujur adalah cermin yang baik untuk melihat tulisan dari sudut pandang orang lain. Jangan langsung defensif terhadap kritik. Evaluasi masukan yang kamu terima, lalu tentukan perubahan mana yang benar-benar perlu kamu lakukan agar naskahmu menjadi semakin kuat.

Ingin Dapat Bimbingan Profesional dalam Menulis dan Editing?

Self editing adalah kemampuan penting, tapi tidak semua penulis bisa melakukannya sendiri dengan optimal. Jika kamu ingin belajar lebih dalam tentang teknik menulis dan mengedit baik untuk naskah fiksi maupun non-fiksi, kamu bisa bergabung dalam program bimbingan menulis di QiSae Studio.

Di QiSae Studio, kamu akan mendapatkan pendampingan langsung dari mentor berpengalaman. Kamu akan dibimbing mulai dari menyusun ide, menyusun struktur cerita atau argumen, hingga teknik editing yang rapi dan profesional. Cocok untuk penulis pemula maupun penulis yang ingin naik level dan menembus media atau penerbit.

Hubungi Admin QiSae Studio sekarang untuk mendapat informasi lebih lanjut.

Editor: Erna QiSae

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *