QISAE – Menulis buku adalah proses kreatif yang penuh tantangan, tetapi tahap editing naskah adalah kunci utama agar karya tersebut bisa dinikmati pembaca secara optimal. Editing bukan sekadar mengoreksi kesalahan ejaan atau tata bahasa, melainkan juga menyempurnakan isi, alur, dan struktur penulisan agar lebih berkualitas. Namun, tahukah kamu bahwa proses editing naskah buku fiksi dan non-fiksi memiliki perbedaan yang signifikan?
Memahami perbedaan tersebut sangat penting, terutama bagi kamu yang ingin serius menekuni dunia kepenulisan. Mari kita bahas secara mendalam perbedaan editing naskah fiksi dan non-fiksi, serta mengapa penting untuk mendapatkan bimbingan yang tepat dalam proses ini.
Perbedaan Editing Naskah Buku Fiksi dan Non-Fiksi
1. Tujuan dan Pendekatan Editing
Fiksi: Menyempurnakan Imajinasi
Editing pada naskah fiksi bertujuan memperkuat unsur cerita seperti plot, karakter, konflik, dan suasana. Editor fiksi akan berfokus pada bagaimana cerita dibangun, apakah karakter terasa hidup, serta bagaimana alur mampu menarik emosi pembaca.
Contoh pertanyaan yang biasanya diajukan editor fiksi:
- Apakah tokohnya berkembang dengan konsisten?
- Apakah konflik utama cukup kuat?
- Apakah dialog terasa natural dan sesuai karakter?
Non-Fiksi: Menguatkan Informasi dan Akurasi
Sementara itu, editing pada naskah non-fiksi lebih menekankan pada kejelasan, ketepatan data, struktur logis, dan validitas informasi. Fokus utama adalah memastikan bahwa argumen penulis tersampaikan secara runtut dan akurat.
Contoh pertanyaan untuk naskah non-fiksi:
- Apakah data dan fakta didukung referensi yang valid?
- Apakah urutan penjelasan mudah dipahami?
- Apakah ada bagian yang menyesatkan atau ambigu?
2. Struktur Naskah
Fiksi: Lebih Fleksibel
Dalam naskah fiksi, struktur bisa sangat fleksibel. Penulis bisa bermain dengan alur maju-mundur, narasi tokoh pertama atau ketiga, dan bahkan menambahkan plot twist. Editor fiksi bertugas memastikan transisi antar bab tetap mulus dan pembaca tidak kebingungan saat mengikuti cerita.
Non-Fiksi: Harus Sistematis
Untuk naskah non-fiksi, struktur yang rapi dan sistematis adalah keharusan. Biasanya terdiri dari pembukaan, pengantar teori/konsep, uraian utama, dan penutup. Editor non-fiksi akan menilai apakah struktur ini sudah terpenuhi, apakah bagian-bagiannya sudah logis dan saling terhubung.
3. Gaya Bahasa
Fiksi: Estetika dan Nuansa
Bahasa dalam fiksi memiliki kebebasan artistik. Penulis bebas bereksperimen dengan metafora, majas, simbolisme, dan gaya penceritaan. Editor akan menilai apakah gaya bahasa tersebut memperkuat nuansa cerita atau justru membingungkan.
Non-Fiksi: Jelas dan Objektif
Dalam non-fiksi, bahasa harus lugas, informatif, dan bebas dari ambiguitas. Editor non-fiksi lebih menekankan pada konsistensi istilah, keakuratan istilah teknis, dan penggunaan bahasa formal sesuai target pembaca.
4. Karakter vs Fakta
Fiksi: Fokus pada Pengembangan Karakter
Karakter dalam fiksi adalah jiwa dari cerita. Editor akan mengevaluasi apakah karakter memiliki motivasi yang jelas, mengalami perkembangan, dan mampu menggugah emosi pembaca. Kadang, bahkan karakter pendukung pun butuh pengembangan agar cerita terasa utuh.
Non-Fiksi: Fokus pada Validitas Fakta
Sebaliknya, naskah non-fiksi bergantung pada fakta dan data. Editor harus melakukan verifikasi terhadap setiap informasi yang disampaikan, mengecek keakuratan sumber, dan memastikan tidak ada penyimpangan fakta.
Baca Juga: Menggabungkan Buku Cetak, eBook, dan Audiobook dalam Strategi Penjualan
5. Alur Cerita vs Alur Logika
Fiksi: Dramatisasi Alur Cerita
Dalam fiksi, alur cerita bisa dibuat dramatis, penuh konflik, dan kadang tidak logis dalam kehidupan nyata—selama tetap konsisten dalam dunia cerita. Editor memastikan ritme cerita mengalir dengan baik dan klimaks berada pada puncak yang tepat.
Non-Fiksi: Alur Berbasis Logika dan Argumentasi
Alur dalam non-fiksi biasanya berupa alur logika. Ide-ide dikembangkan secara bertahap dan berurutan. Editor memastikan tidak ada lompatan logika yang membingungkan pembaca.
6. Audiens dan Gaya Penyampaian
Fiksi: Emosi dan Hiburan
Buku fiksi ditujukan untuk menghibur dan menyentuh emosi. Editing difokuskan agar pembaca bisa terhubung secara emosional dengan cerita dan karakter.
Non-Fiksi: Edukasi dan Informasi
Naskah non-fiksi bertujuan menyampaikan informasi, edukasi, atau solusi atas suatu masalah. Editor akan mengarahkan gaya penyampaian agar sesuai dengan tingkat pemahaman target audiens, apakah pemula atau profesional.
7. Peran Editor dalam Kedua Jenis Naskah
Editor fiksi kadang berperan seperti pembaca pertama yang jujur, memberikan feedback dari sisi pengalaman membaca dan keutuhan cerita.
Editor non-fiksi lebih seperti quality control atau penguji logika dan validitas naskah, memastikan tidak ada kesalahan yang bisa menyesatkan pembaca.
Pentingnya Bimbingan Profesional dalam Menulis dan Mengedit
Banyak penulis pemula mengalami kebingungan saat memasuki tahap editing. Tanpa arahan yang jelas, naskah bisa kehilangan arah, tidak tersampaikan pesannya, atau bahkan ditolak oleh penerbit. Oleh karena itu, mendapatkan bimbingan profesional sangat penting untuk meningkatkan kualitas karya.
QiSae Studio: Solusi Bimbingan Menulis dan Editing Buku yang Terpercaya
Jika kamu serius ingin menerbitkan buku—baik fiksi maupun non-fiksi—namun masih bingung dengan proses editing yang tepat, QiSae Studio hadir sebagai partner terbaikmu.
Di QiSae Studio, kamu akan mendapatkan:
- Bimbingan menulis dari nol sampai naskah siap terbit
- Pendampingan editing naskah oleh editor profesional
- Pemahaman struktur dan gaya penulisan yang tepat sesuai genre
- Review menyeluruh terhadap alur, karakter, atau argumentasi
- Fasilitas layout dan desain cover (jika ingin lanjut ke self-publishing)
QiSae Studio bukan hanya tempat belajar menulis, tapi juga ruang kolaborasi kreatif yang membantumu mewujudkan impian menjadi penulis yang produktif dan berkualitas.
Bingung mulai dari mana? Konsultasi GRATIS di QiSae Studio sekarang!
Temukan informasi lengkap dan daftar bimbingan melalui media sosial QiSae Studio atau kunjungi situs resminya.
Editing naskah buku fiksi dan non-fiksi memiliki perbedaan yang cukup mendasar—baik dari segi tujuan, struktur, gaya bahasa, maupun pendekatan penyuntingan.
Memahami perbedaan ini akan membantumu menjadi penulis yang lebih cermat dan profesional. Dan jika kamu ingin mempercepat proses belajarmu, jangan ragu untuk bergabung dalam bimbingan menulis dari QiSae Studio. Karena setiap penulis hebat pasti pernah dibimbing sebelum menjadi ahli.
Editor: Erna QiSae


